Bumi Sukawati yang di berikan oleh Susuhunan Pakubuwana II kepada Pangeran Mangkubumi sebanyak 2000 karya dianggap oleh sebagian para pangeran dan tumengung terlalu luas yang apabila dibiarkan akan menimbulkan rasa iri yang pada gilirannnya bisa menjatuhkan wibawa Susuhunan Pakubuwana II. Hal ini dikemukakan oleh Patih Pringgalaya ketika pasowanan agung Kasunanan Surakarta.
Sayangnya,
Pakubuwana II termakan oleh hasutan Patih Pringalaya tersebut dan
memutuskan untuk mengurangi Tanah Hak milik Mangkubumi sebanyak 1000 karya dan sekaligus diberikan kepada patih Pringgalaya.
Pada saat yang sama datang Residen
Hongdorf atas nama Gubernur Hindia Belanda di Batavia untuk membicarakan
balas jasa yang harus diberikan oleh Susuhunan Pakubuwana II kepada
Kompeni ketika membantu Geger Pacinan beberapa saat sebelumnya. Adapun
syarat yang dimajukan oleh Hongedorf antara lain:
- Pekalongan sampai Jepara harus disewakan kepada Kompeni
- Susuhunan Pakubuwana II mengijinkan Bengawan Solo digunakan oleh Belanda untuk memasukkan kapal dagang mereka.
- Penggantian tahta Kasunanan harus mendapat persetujuan Gubernur Jenderal Belanda.
- Untuk menjaga keselamatan Pakubuwana II, Kumpeni bermaksud membangun beteng pertahanan di sekitar keraton Kasunanan.
Sekali lagi, Pakubuwana II termakan
hasutan Patih Pringgalaya dan menandatangani perjanjian yang dibuat oleh
Hongedorf tersebut. Kemudian hari ternyata kesalahan ini berdampak
pada sejarah panjang Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Tentu saja
Mangkubumi menolak keputusan yang dibuat secara sepihak oleh Susuhunan
Pakubuwana II dan akan mempertahankan Bumi Sukawati, bukan saja dari
Pakubuwana II tetapi juga dari Kumpeni Belanda.
Ketika
mangkubumi secara terang-terangan bermaksud meninggalkan keraton,
Susuhunan Pakubuwana II justru memberikan restu dan menyerahkan 2 buah
tombak untuk dipilih oleh Mangkubumi sebagai senjata dalam melawan
Belanda. Mangkubumi memilih tombak ditangan kiri Pakubuwana II yang
ternyata itulah Tombak Kyai Plered. Seperti kita ketahui, siapapun yang
mampu menerima Kyai Plered, dialah yang mampu menerima “wahyu ratu”
Kisah
panjang ini terangkai dengan sangat indah dan runtut oleh Keluarga
Ketoprak Mataram " Sapta Mandala " Kodam VII Diponegoro pimpinan Bagong Kussudiharjo
dengan dukungan pemain yang tak diragukan lagi kemampuan dan
penjiwaannnya.
( Mas Guntur - Jaman Semana )
donlot kethoprakke :
http://www.mediafire.com/?t2m96twx8pz44jg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar