Minggu, 09 Desember 2012

Kethoprak Mataram - Hamengkubuwana I


pangeran mangkubumiBumi Sukawati yang di berikan oleh Susuhunan Pakubuwana II kepada Pangeran Mangkubumi sebanyak 2000 karya dianggap oleh sebagian para pangeran dan tumengung  terlalu luas yang apabila dibiarkan akan menimbulkan rasa iri yang pada gilirannnya bisa menjatuhkan wibawa Susuhunan Pakubuwana II.  Hal ini dikemukakan oleh Patih Pringgalaya ketika pasowanan agung Kasunanan Surakarta.
Sayangnya, Pakubuwana II termakan oleh hasutan Patih Pringalaya tersebut dan memutuskan untuk mengurangi Tanah Hak milik Mangkubumi sebanyak 1000 karya dan sekaligus diberikan kepada patih Pringgalaya.
Pada saat yang sama datang Residen Hongdorf atas nama Gubernur Hindia Belanda di Batavia untuk membicarakan balas jasa yang harus diberikan oleh Susuhunan Pakubuwana II kepada Kompeni ketika membantu Geger Pacinan beberapa saat sebelumnya.  Adapun syarat yang dimajukan oleh Hongedorf antara lain:
  1. Pekalongan sampai Jepara harus disewakan kepada Kompeni
  2. Susuhunan Pakubuwana II mengijinkan Bengawan Solo digunakan oleh Belanda untuk memasukkan kapal dagang mereka.
  3. Penggantian tahta Kasunanan harus mendapat persetujuan Gubernur Jenderal Belanda.
  4. Untuk menjaga keselamatan Pakubuwana II, Kumpeni bermaksud membangun beteng pertahanan di sekitar keraton Kasunanan.
Lambang_PakubuwanaSekali lagi, Pakubuwana II termakan hasutan Patih Pringgalaya dan menandatangani perjanjian yang dibuat oleh Hongedorf tersebut.  Kemudian hari ternyata kesalahan ini berdampak pada sejarah panjang Kasunanan Surakarta Hadiningrat.  Tentu saja Mangkubumi menolak keputusan yang dibuat secara sepihak oleh Susuhunan Pakubuwana II dan akan mempertahankan Bumi Sukawati, bukan saja dari Pakubuwana II tetapi juga dari Kumpeni Belanda.
Ketika mangkubumi secara terang-terangan bermaksud meninggalkan keraton, Susuhunan Pakubuwana II justru memberikan restu dan menyerahkan 2 buah tombak untuk dipilih oleh Mangkubumi sebagai senjata dalam melawan Belanda.  Mangkubumi memilih tombak ditangan kiri Pakubuwana II yang ternyata itulah Tombak Kyai Plered.  Seperti kita ketahui, siapapun yang mampu menerima Kyai Plered, dialah yang mampu menerima “wahyu ratu”
Kisah panjang ini terangkai dengan sangat indah dan runtut oleh Keluarga Ketoprak Mataram " Sapta Mandala " Kodam VII Diponegoro pimpinan Bagong Kussudiharjo dengan dukungan pemain yang tak diragukan lagi kemampuan dan penjiwaannnya.
( Mas Guntur - Jaman Semana )

donlot kethoprakke :
http://www.mediafire.com/?t2m96twx8pz44jg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar