Kabupaten Boyolali (Bahasa Jawa: Boya-lali,
boya berarti tidak, lali berarti lupa, dan secara harafiah: "tidak
lupa". Makna kata Boyolali mengandung maksud bahwa para pelaku
pemerintahan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya selalu waspada,
demikian juga rakyat selalu patuh, taat dan penuh kewaspadaan dalam
melaksanakan kewajibannya.), adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Boyolali, terletak sekitar 25 km sebelah barat Kota Surakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Grobogan di utara; Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo, dan Kota Surakarta (Solo) di timur; Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan; serta Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang di barat. Kabupaten ini termasuk kawasan Solo Raya.
Wilayah Kabupaten Boyolali dilewati jalan negara yang menghubungkan Semarang-Solo. Selain itu juga terdapat jalur alternatif dari Semarang menuju Sragen melalui Karanggede.
Rata-rata seluruh pelosok kecamatan di Boyolali sudah mudah dijangkau
sarana transportasi. Bandara Internasional Adi Sumarmo pun secara
geografis masuk wilayah kabupaten Boyolali.
G E O G R A F I
Kabupaten Boyolali membentang barat-timur sepanjang 48 km, dan
utara-selatan 54 km. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah dan
dataran bergelombang dengan perbukitan yang tidak begitu terjal.
Menurut ketinggian, wilayah Kabupaten Boyolali dikelompokkan sebagai
berikut:
Dataran Tinggi di Barat
Bagian barat merupakan daerah pegunungan, dengan puncaknya Gunung Merapi (2.911 m) dan Gunung Merbabu (3.141 m), keduanya adalah gunung berapi aktif. Daerah dengan ketinggian sekitar 700-3.000 m dpl ini meliputi lima kecamatan, yaitu Ampel, Cepogo, Musuk, dan Selo,
dan ditandai oleh iklim yang sejuk dan sesuai untuk pertanian, terutama
untuk tanaman seperti kol, wortel, bawang merah, tembakau, teh, dan
cengkeh. Wilayah ini juga sebagai pusat produksi susu di Boyolali.
Dengan tanah vulkanik yang baik dan dekat pusat administrasi kabupaten,
wilayah ini memiliki kepadatan penduduk yang sangat tinggi. Pada kedua
gunung berapi, budidaya pertanian oleh masyarakat hingga batas sekitar
1600-1800 m di atas permukaan laut dan berakhir di perbatasan hutan nasional yang dilindungi.
Dataran Rendah di Timur
Daerah antara pusat kota Boyolali ke timur menuju arah Kota Surakarta
(Solo) sebagian besar datar dan didominasi oleh sawah. Sumber air yang
paling alami dan sungai-sungai utama dapat ditemukan di sini. Dengan
ketinggian 100-400 m dpl, selain meliputi daerah pusat kota di kecamatan Boyolali dan Mojosongo, daerah ini meliputi empat kecamatan lainnya, yaitu Teras, Banyudono, Teras, dan Sawit.
Daerah ini berada di jalur utama Semarang-Solo, dengan pusat-pusat
industri berada di jalur utama ini. Di bagian timur daerah ini terdapat Bandara Internasional Adi Sumarmo yang melayani untuk kawasan Solo dan sekitarya, serta asrama haji Donohudan yang digunakan oleh jamaah haji dari Jawa Tengah bagian utara, sebagai akomodasi ketika hendak berangkat ziarah ke Makkah untuk ibadah haji melalui Bandara Internasional Adi Sumarmo,
maupun sepulangnya.
Bagian Utara
Wilayah terluas meliputi bagian utara kabupaten, meliputi kecamatan Sambi, Nogosari, Simo, Klego, Andong, Karanggede, Kemusu, Wonosegoro, dan Juwangi.
Daerah ini memiliki kepadatan penduduk yang lebih rendah dibandingkan
daerah lainnya, dan memiliki hambatan dari kondisi geografis, geologis,
dan infrastruktur. Dengan iklim yang relatif kering, walaupun dilalui
oleh beberapa sungai utama Boyolali,
sebagaian besar daerah ini kurang sesuai untuk budidaya tanaman padi
persawahan basah. Dengan kurang adanya dukungan jalan utama di daerah
ini, hampir tidak ada industri besar dapat ditemukan. Sumber daya alam
yang paling penting adalah budidaya kayu jati dengan adanya hutan jati
di daerah utara Boyolali. Pada daerah utara ini juga terletak Waduk Bade di kecamatan Klego, serta ada Waduk Kedungombo yang daerah genangannya meliputi sebagian kecamatan Kemusu dan Juwangi (sedangkan bendungannya termasuk wilayah Sragen) yang digunakan untuk mengairi lahan persawahan seluas 3.536 HA di wilayah utara Jawa Tengah
dan dimanfaatkan untuk pengembangan ekonomi dari sektor pariwisata dan
perikanan air tawar. Bagian utara yang berbatasan dengan Kabupaten Grobogan merupakan daerah perbukitan, bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng.
S E J A R A H
Asal mula nama BOYOLALI menurut cerita serat Babad Pengging Serat
Mataram, nama Boyolali tak disebutkan. Demikian juga pada masa Kerajaan
Demak Bintoro maupun Kerajaan Pengging, nama Boyolali belum dikenal.
Menurut legenda nama BOYOLALI berhubungan dengan ceritera Ki Ageng
Pandan Arang (Bupati Semarang pada abad XVI. Alkisah, Ki Ageng Pandan
Arang yang lebih dikenal dengan Tumenggung Notoprojo diramalkan oleh
Sunan Kalijogo sebagai Wali penutup menggantikan Syeh Siti Jenar. Oleh
Sunan Kalijogo, Ki Ageng Pandan Arang diutus untuk menuju ke Gunung
Jabalakat di Tembayat (Klaten) untuk syiar agama Islam. Dalam
perjalananannya dari Semarang menuju Tembayat Ki Ageng banyak menemui
rintangan dan batu sandungan sebagai ujian. Ki Ageng berjalan cukup jauh
meninggalkan anak dan istri ketika berada di sebuah hutan belantara
beliau dirampok oleh tiga orang yang mengira beliau membawa harta benda
ternyata dugaan itu keliru maka tempat inilah sekarang dikenal dengan
nama SALATIGA. Perjalanan diteruskan hingga sampailah disuatu tempat
yang banyak pohon bambu kuning atau bambu Ampel dan tempat inilah
sekarang dikenal dengan nama Ampel yang merupakan salah satu kecamatan
di Boyolali. Dalam menempuh perjalanan yang jauh ini, Ki Ageng Pandan
Arang semakin meninggalkan anak dan istri. Sambil menunggu mereka, Ki
Ageng beristirahat di sebuah Batu Besar yang berada di tengah sungai.
Dalam istirahatnya Ki Ageng Berucap “ BAYA WIS LALI WONG IKI” yang dalam
bahasa indonesia artinya “Sudah lupakah orang ini”.Dari kata Baya Wis
Lali/ maka jadilah nama BOYOLALI. Batu besar yang berada di Kali Pepe
yang membelah kota Boyolali mungkinkah ini tempat beristirahat Ki Ageng
Pandan Arang. Mungkin tak ada yang bisa menjawab dan sampai sekarang pun
belum pernah ada meneliti tentang keberadaan batu ini. Demikian juga
sebuah batu yang cukup besar yang berada di depan Pasar Sunggingan
Boyolali, konon menurut masyarakat setempat batu ini dulu adalah tempat
untuk beristirahat Nyi Ageng Pandan Arang. Dalam istirahatnya Nyi Ageng
mengetuk-ngetukan tongkatnya di batu ini dan batu ini menjadi
berlekuk-lekuk mirip sebuah dakon (mainan anak-anak tempo dulu). Karena
batu ini mirip dakon, masyarakat disekitar Pasar Sunggingan menyebutnya
mBah Dakon dan hingga sekarang batu ini dikeramatkan oleh penduduk dan
merekapun tak ada yang berani mengusiknya.
R U P A - R U P A :
- Dikenal sebagai kota susu, Boyolali terdapat banyak patung-patung sapi di sejumlah sudut kota.
- Boyolali memiliki slogan pembangunan Boyolali Tersenyum (Tertib, Elok, Rapi, Sehat, Nyaman untuk Masyarakat).
Putra-Putri Terkenal Kelahiran Boyolali
Boyolali telah banyak melahirkan putra-putri yang berhasil dan banyak dikenal di seantero wilayah Indonesia, bahkan dunia. Beberapa putra terkenal kelahiran Boyolali adalah sebagai berikut:- Prof. Dr. Soeharso. Ia adalah dokter terkenal dan pendiri YPAC. Ia adalah merupakan salah satu pahlawan nasional.
- Laksamana Widodo AS. Ia adalah pernah menjabat sebagai KSAL, panglima TNI dan Menkopolhukam di era pemerintahan presiden SBY.
- Ir. Joko Kirmanto. Ia adalah Menteri Pekerjaan Umum di era pemerintahan presiden SBY.
- Djoko Susilo. Ia pernah menjadi wartawan Jawa Pos, pernah menjadi anggota DPR-MPR, dan saat ini sebagai Duta Besar RI untuk Swiss.
- Mbah Sumogambar. Pelawak terkenal seangkatan dengan Basiyo.
- Prof dr Hadi Pratomo, MPH, Dr PH -Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, kelahiran Sawit.
- Prof Dr Sukidjo Notoatmodjo - Guru Besar Emeritus Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, kelahiran Simo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar