Jumat, 23 Desember 2011

Menelusuri Sejarah Pulau Jawa Lewat Biennale 2011

| Jodhi Yudono | Senin, 19 Desember 2011 | 10:40 WIB



Ilustrasi: Gunung Sindoro
YOGYAKARTA, KOMPAS.com--Panitia Bienalle 2011 dan peneliti geologi menelusuri sejarah pulau Jawa dalam kegiatan Fieldtrip Geoheritage Jogja.
Peneliti Jurusan Geologi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Prasetyadi di sela-sela acara Fieldtrip Geoheritage "Jogja Riwayatmu Dulu", Minggu, mengatakan kegiatan yang berlangsung sejak Desember hingga Januari ini menelusuri sejarah Pulau Jawa dari kacamata Ilmu Kebumian atau sudut pandang geologi.
Menurut dia, warisan geologi memberi bukti cerita maupun proses alam yang utuh. "Peristiwa terbentuknya Pulau Jawa, bencana kebumian masa lampau, dan masa sekarang saling berkaitan. Peristiwa gempa dan erupsi gunung api banyak dijumpai dalam perjalanan ini," katanya.
Ia mengatakan peristiwa gempa dan erupsi gunung api menggambarkan suatu mata rantai yang tidak terputus dari peristiwa geologi masa lalu dan masa yang akan datang.
"Dengan mengamati langsung warisan geologi di lapangan, maka manusia bisa melihat suatu pesan alam kepada masyarakat sehingga mereka bisa bersikap bijaksana dan memiliki banyak sudut pandang untuk menyikapi ancaman bencana geologi yang sedang terjadi dan akan terjadi pada masa depan," katanya.
Dia mengatakan menelusuri sisa-sisa letusan gunung puluhan juta tahun lalu bisa menjadi jalan edukasi dan mitigasi bencana.
"Masyarakat akan belajar melakukan mitigasi dengan melihat proses dan sisa-sisa erupsi gunung api sehingga tidak kaget menghadapinya di masa mendatang," katanya.
Ia mengatakan Fieldtrip Geoheritage Jogja mengambil rute, yakni Lava Bantal Kecamatan Berbah, Sleman, Candi Ijo di Kecamatan Kalasan, Sekar Bolo di Jiwo Barat, Klaten, Watuprahu di Jiwo Timur, Klaten, Jurang Rejo di Tancep, Morfologi Wonosari Sambipitu, Gunung Kidul, Bioturbasi Sambipitu Kali Ngalang, dan Gunung Api Purba Nglanggeran.
Menurut dia, selain perjalanan menelusuri sejarah Pulau Jawa, Biennale 2011 juga menyelenggarakan pameran poster, foto, sampel warisan geologi di Taman Budaya, dan workshop bertema "Geologi untuk Non-Geologist dan Memahami Bencana Geologi".
Sementara itu, salah satu peserta Fieldtrip Geoheritage Jogja dari Universitas Indonesia Anggraeni Notosrijoedono mengatakan kegiatan tersebut menarik karena merupakan perjalanan alam untuk menelusuri sejarah Pulau Jawa.
Ia mengatakan kegiatan itu memberikan pemahaman tentang proses pembentukan gunung api purba dan sisa-sisa peninggalan gunung api purba yang menarik.
"Banyak peninggalan gunung api purba yang menarik, misalnya Gunung Ijo di Prambanan Sleman," katanya.
Dia mengatakan pemerintah semestinya menangkap peluang potensi gunung api purba untuk kepentingan wisata.
"Keindahan gunung api purba di sepanjang perjalanan tidak kalah dengan peninggalan sejarah di luar negeri sehingga pemerintah semestinya menangkap peluang untuk mengembangkan sektor pariwisata," kata dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar